



Pangeran Diponegoro (1785–1855)
adalah seorang pangeran dari Kesultanan Yogyakarta sekaligus pahlawan nasional Indonesia yang dikenal karena memimpin Perang Jawa (1825–1830) melawan penjajahan Belanda. Perjuangannya dipicu oleh ketidakpuasan terhadap kolonialisme, penindasan ekonomi, dan degradasi nilai-nilai Islam serta budaya Jawa.
Profil Singkat
• Nama Lengkap: Bendara Raden Mas Antawirya
• Lahir: 11 November 1785, Yogyakarta
• Wafat: 8 Januari 1855, Makassar, Sulawesi Selatan
• Orang Tua:
• Ayah: Sultan Hamengkubuwono III
• Ibu: Raden Ayu Mangkarawati (berstatus selir)
• Agama: Islam
Kiprah dan Perjuangan
1. Perang Jawa (1825–1830)
• Diponegoro memimpin perlawanan rakyat Jawa selama 5 tahun melawan penjajah Belanda.
• Penindasan pajak yang memberatkan rakyat.
• Intervensi Belanda terhadap adat dan agama.
• Perebutan tanah leluhur Diponegoro.
• Strategi perang: Gerilya. Taktik ini sangat merepotkan Belanda, yang kehilangan banyak sumber daya.
• Akhir perang: Diponegoro ditangkap melalui taktik licik dalam perundingan pada 28 Maret 1830.
Masa Pengasingan
• Setelah ditangkap, Pangeran Diponegoro diasingkan ke Manado (1830–1833), kemudian ke Makassar (1833–1855).
• Beliau meninggal di Benteng Rotterdam, Makassar, pada usia 69 tahun.
Warisan dan Penghormatan
• Gelar Pahlawan Nasional: Diberikan oleh pemerintah Indonesia.
• Nama Pangeran Diponegoro diabadikan dalam berbagai institusi seperti Universitas Diponegoro, Divisi Diponegoro di TNI, dan nama jalan di berbagai daerah.
• Diponegoro dikenang sebagai simbol perlawanan terhadap kolonialisme, penegak nilai-nilai keadilan, dan pelindung budaya Jawa.
Pangeran Diponegoro adalah salah satu figur penting dalam sejarah perjuangan kemerdekaan Indonesia.